my new blog



Generasi Green Peace

english mobile


Energi Alternatif untuk Bumi lebih Hijau


Impact of Energy Use:

“energy production and energy consumption cause more enviromental damage than any other peacetime activity on earth

Jika saja anjuran hemat energi itu dapat menjadi gerakan sosial, niscaya akan mengurangi konsumsi energi secara signifikan. Jika saja kita menghemat listrik dengan menggunakan lampu hemat energi maka ada penghematan energi listrik yang signifikan, karena 7 watt lampu hemat energi setara dengan 40 watt lampu biasa. Dua puluh enam watt setara dengan 100 watt. Lampu tersebut juga lebih tahan lama dibanding lampu biasa. Jika saja kita memenuhi pekarangan rumah dengan tanaman hijau maka selain menjadi nampak lebih indah, tanaman itu juga mengurangi polusi udara. Jika saja kita lebih sering berjalan kaki ke tempat aktivitas sehari-hari maka betapa banyaknya penghematan energi yang kita lakukan dibanding dengan mengendarai mobil atau motor misalnya, yang selain berdampak pada menurunnya kualitas udara di suatu area juga menambah konsumsi terhadap keberadaan energi primer yang sudah makin menipis. Jika kita menekankan penghematan dalam menggunakan air maka ekosistem dan daur hidrologi yang ada di alam akan terjaga dan stabil. Ya, jika saja semua itu menjadi gerakan sosial yang semua orang menyadarinya dan mau turut serta dalam gerakan itu maka efek positifnya tentu akan lebih terlihat. Dan semua itu perlu diwujudkan segera untuk kehidupan di bumi yang lebih baik.

Apapun gerakan yang dilakukan untuk menghemat energi pada dasarnya adalah sebuah gerakan untuk mengurangi konsumsi energi primer yang sekarang ini keberadaannya mulai berkurang. Akan tetapi, konsumsi energi primer ternyata berimbas pada kebutuhan mendasar manusia seperti air, tanah, dan udara. Rasionalisasi dari pernyataan ini didasarkan pada konsumsi energi primer seperti BBM (Bahan Bakar Minyak), BBG (Bahan Bakar Gas), dan batu bara dapat mengakibatkan terganggunya daur alami yang terjadi pada ketiga komponen alam yang menjadi kebutuhan dasar manusia tersebut. Penggunaan energi primer yang saat ini semakin meningkat ternyata mengakibatkan daur alami elemen-elemen alam terganggu. Selain itu ada fakta ketidakwajaran bahwa ternyata rata-rata konsumsi energi primer dunia perharinya jauh lebih tinggi dibanding dengan produksi energi primer perharinya. Bisa dibayangkan adanya rasionalitas ini berkorelasi dengan fenomena naiknya harga minyak dunia.

Jika saja gerakan hemat energi menjadi sebuah aksi nyata yang efeknya sangat tersebar luas, maka secara tidak langsung akan meningkatkan perhatian kita terhadap perkembangan energi terbarukan. Ya, orang akan berpikir dengan semakin menipisnya cadangan energi primer maka perhatian konsumsi energi akan dialihkan pada sumber energi yang memiliki potensi baik dari segi kapasitas ataupun ekses yang ditimbulkan terhadap bumi. Kapasitas yang melimpah di alam dan tidak merusak alam dalam pengolahan maupun penggunaannya. Coba sekarang kita bayangkan seandainya energi primer di dunia ini habis, sedangkan perhatian terhadap pengolahan energi alternatif atau energi terbarukan belumlah meningkat. Dapat dipastikan kita akan kembali seperti zaman di mana tak ada transportasi, alat teknologi canggih, ataupun listrik yang membantu aksesibilitas dan kemudahan dalam aktivitas kita. Sudah barang tentu kehidupan seperti itu adalah kehidupan yang jauh dari peradaban yang kita alami saat ini. Kita tahu bahwa eksplorasi dan eksploitasi energi primer telah banyak merusak lingkungan. Dampak negatif penggunaan energi primer ini juga tak dapat dihindari. Lingkungan harus menanggung akibat dari pemanfaatan energi berupa pencemaran udara, pencemaran air, pemanasan global, degradasi tanah, dan sebagainya. Maka tiada cara lain untuk mengatasi itu semua selain dengan mengurangi konsumsi energi primer dan mulai mengalihkan konsumsi energi pada energi terbarukan atau energi alternatif.

Upaya ini telah diinisiasi oleh Forum Energi dan Lingkungan Berkelanjutan di Asia Pasifik yang diprakarsai Kyoto University. Forum itu mendorong peningkatan sebesar 50% sampai dengan tahun 2030 untuk penggunaan energi baru terbarukan seperti energi air, angin, panas bumi, surya, dan biomassa. Kemudian sangat terwacanakan dalam CoP ke-13 Bali, 3-14 Desember 2007, walaupun sebenarnya tidak secara eksplisit ada dalam Peta Jalan Bali. Sebenarnya mulai tahun delapan puluh limaan kebijakan energi sudah mulai diterapkan dengan penekanan pada intensifikasi, diversifikasi, dan konservasi. Ekspor komoditas energi mulai berkurang peranannya digantikan dengan komoditas industri berbasis fabrikasi. Seiring dengan proses industrialisasi ini banyak terjadi kerusakan lingkungan. Aspek lingkungan mulai mendapat perhatian dan kebijakan energi mulai diarahkan untuk menggunakan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Akan tetapi selama ini penggunaan energi alternatif masih minim karena harga jualnya masih kurang kompetitif dengan harga jual energi fosil. Pemerintah kita masih menerapkan kebijakan yang malah membuat energi alternatif semakin dikesampingkan. Ditambah lagi dengan “dimatikannya” peluang energi alternatif untuk berkembang dengan pernyataan bahwa banyak energi alternatif yang teknologinya mahal dan kapasitasnya pasokan energinya belum sebanding dengan energi primer seperti minyak bumi. Jelas ini merupakan langkah keliru yang sering dikemukakan oleh pemerintah, padahal perkembangan mengenai energi alternatif ini di berbagai negara telah menunjukkan peningkatan yang berarti seperti di Jerman, Spanyol, Amerika Serikat, Jepang, Belanda. Padahal masih banyak cara untuk membentuk efisiensi energi dari energi alternatif ini.

Potensi Energi Alternatif Di Indonesia

Dengan meningkatnya perhatian dunia terhadap kebutuhan energi alternatif, naif rasanya kalau Indonesia masih menganggap bahwa energi alternatif kurang ekonomis dan kurang mendatangkan pasokan berarti untuk kebutuhan konsumsi energi nasional. Ditambah lagi bahwa ternyata negeri ini memiliki potensi energi alternatif yang demikian besar. Dari beberapa energi alternatif yang ada di Indonesia beberapanya telah dimanfaatkan untuk kepentingan komersial. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangsih energi alternatif ternyata bisa memberikan manfaat yang signifikan bila terus dikembangkan lagi.

Tabel Potensi Energi Terbarukan Indonesia

(Sumber: DESDM, 2007)

Energi

Potensi

Kapasitas terpasang

Energi angin

3-6 m/s

4200 MW

Energi surya

4,8 kWh/m2/hari

8 MW

Biomassa

49,81 GW

445 MW

Panas bumi

27 GW

807 MW

Mikrohidro

712 MW

206 MW

Energi air

75,67 GW

0,6 MW

Energi angin sebagai salah satu energi alternatif memiliki potensi yang cukup besar. Bahkan di beberapa daerah tertentu khususnya di Kawasan Timur Indonesia (Kepulauan Nusa Tenggara), kecepatan anginnya lebih dari 5 m/detik. Energi ini merupakan energi yang memiliki kapasitas terpasang paling besar di antara energi alternatif yang lainnya. Angin dengan kecepatan tinggi banyak terdapat di daerah pantai. Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Tentunya dengan keuntungan tersebut potensi energi angin ini bisa dikembangkan dan dimanfaatkan.

Potensi tenaga air di seluruh Indonesia secara teoretis diperkirakan sekitar 75 GW yang tersebar pada lebih dari seribu lokasi. Pemanfaatan tenaga air skala besar untuk pembangkit tenaga listrik sampai dengan tahun 2000 mencapai 4.208 MW atau hanya sekitar 5,6 % dari potensi yang ada. Sedangkan mini dan mikrohidro potensinya sekitar 460 MW dan sudah dimanfaatkan sekitar 64 MW yang pada umumnya untuk listrik perdesaan. Energi yang berasal air merupakan energi yang paling mudah dimanfaatkan karena tidak membutuhkan ruang yang luas. Ditambah lagi dengan curah hujan di Indonesia pertahunnya sekitar 2200 mm tentunya ini makin menguatkan potensi energi air itu untuk dikembangkan.

Dari keseluruhan total energi panas bumi dunia sekitar 40%-nya terdapat di Indonesia. Akan tetapi baru sekitar 5% yang mampu dimanfaatkan dengan baik. Padahal apabila 40% energi itu seluruhnya digunakan maka dapat memasok kebutuhan listrik negara-negara Asia. Energi Panas Bumi merupakan energi ramah lingkungan, karena emisi yang dihasilkan adalah uap air. Dengan potensi yang demikian besar, ada banyak keuntungan dari energi panas bumi ini yaitu dapat diperbaharui dan berkelanjutan dan clean and safe energy. Selain energi ini bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, panasnya pun dapat digunakan untuk tempat pemandian air hangat, sistem akuakultur, agrikultur, dan district heating.

Masih ada lagi energi alternatif yang ada di Indonesia. Sama halnya dengan energi Geotermal energi ini juga melimpah di Indonesia. Energi surya. Ya, energi ini melimpah di Indonesia, karena Indonesia terletak di daerah khatulistiwa yang implikasinya mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun. Ini mengakibatkan Indonesia surplus energi. Akan tetapi pemanfaatannya akan energi ini masih kurang diaktifkan di Indonesia. Padahal apabila kita mampu ‘menyimpan’ energi matahari ini satu hari saja, itu bisa memutar roda industri dunia selama seratus tahun. Akan tetapi walaupun kita bisa melakukan itu, tapi alam tak akan mendukung, sebab apabila energi surya diambil seluruhnya satu hari saja, hal itu bisa mengakibatkan punahnya daur hidrologi dan spesies-spesies hewan serta tumbuhan. Sama seperti energi panas bumi, energi ini sama sekali tidak merusak lingkungan. (Geosains, Prof. Bayong Tjasyono H.K.,D.E.A, 2004)

Potensi energi yang berasal dari biomassa-pun demikian melimpah di Indonesia. Dengan keanekaragaman hayati dan hutan yang masih luas, peluang untuk mewujudkan potensi yang ada terbuka sangat lebar. Apalagi dengan dukungan fakta bahwa Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit no.1 di dunia. Untungnya pemerintah memberikan fokus yang cukup tinggi pada pengembangan energi ini. Mengapa energi ini menjadi prioritas pengembangan pemerintah? Karena biomassa mampu mengonversi 1 metrik ton massanya menjadi 166 galon metanol (untuk bahan bakar kendaraan bermotor), 666 kWh listrik, dan menghindari emisi sekitar 450 kg karbon dalam penggunaannya.

Tabel Program Diversifikasi Energi-ESDM,

Energi Alternatif Rumah Tangga Transportasi Industri Pembangkit Listrik
Biomass v - - v
panas bumi v - - v
Air/Hidro - - - v
Surya v v - v
Angin - - - v

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa sebenarnya energi alternatif bisa dikembangkan atau dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Sehingga pemerintah tak perlu terlalu bergantung pada BBM yang di samping mahal juga cadangannya semakin menipis.

Energi Alternatif: Menyelamatkan Bumi

Kegiatan pengembangan di sektor energi, sejak dari eksploitasi sampai ke pemanfaatannya, berpotensi memberikan dampak negatif terhadap perubahan fungsi lingkungan hidup. Penggunaan energi primer yang tak terkontrol dapat menimbulkan polusi karena adanya limbah padat, limbah cair, dan emisi dari pembakaran energi fosil seperti: partikel, SO2, NOx, dan Karbon Dioksida (CO2). Hubungan antara lingkungan dengan energi pada awalnya tidak dianggap sebagai hal yang penting. Namun seiring dengan meningkatnya industrialisasi masalah ini kemudian mendapat perhatian yang besar. Dalam perkembangan selanjutnya masalah lingkungan ini selalu dikaitkan dengan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan dapat disebut berkelanjutan bila memenuhi kriteria ekonomis, bermanfaat secara sosial, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Dengan adanya pemanfaatan energi alternatif atau pemerintah biasa menyebutnya energi baru terbarukan (EBT) dapat menunjang terwujudnya pembangunan berkelanjutan, yang selain memenuhi kriteria ekonomis juga berwawasan lingkungan. Peluang energi alternatif dalam mewujudkan proses itu sangatlah besar karena energi baru dan terbarukan ini biasanya memiliki sifat bebas polusi,mampu menopang ketahanan energi, dapat diperbaharui, dan memiliki efisiensi tinggi.

Akan tetapi upaya yang dilakukan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan atau pembangunan yang berwawasan lingkungan tidaklah cukup sampai di situ. Perlunya regulasi dari pemerintah agar proses pengembangan energi alternatif sebagai faktor penting dalam mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan, menjadi meningkat.

Untungnya, Pemerintah kemudian membentuk Badan Koordinasi Energi Nasional (BAKOREN) untuk mewujudkan kebijakan energi ini. Ada lima kebijakan utama terkait energi yang disusun oleh BAKOREN pada tahun 1998. Kebijakan utama tersebut yang berkaitan dengan lingkungan salah satunya adalah memperhatikan aspek lingkungan dalam pembangunan di sektor energi termasuk di dalamnya memberikan prioritas dalam pemanfaatan energi bersih. Jelaslah dengan kebijakan itu sebenarnya tak ada celah bagi pemerintah untuk tidak mengembangkan energi baru terbarukan.

Mencoba melihat pada inti persoalan yaitu penghematan energi untuk menyelamatkan bumi, sebenarnya dapat dipenuhi melalui pemanfaatan energi alternatif dengan alasan-alasan yang dikemukakan sebelumnya. Untuk memperkuat alasan tersebut penulis mencoba mengaitkannya dengan Rencana Induk Konservasi Energi Nasional (RIKEN), peluang penghematan energi adalah sebagai berikut :

  • Sektor industri : 15-30%
  • Sektor transportasi : 25 %
  • Sektor rumah tangga dan bangunan komersial : 10-30%.

Dengan kegiatan penghematan energi, upaya menyelamatkan bumi dengan mengurangi emisi yang dapat mengakibatkan pemanasan global dapat dilakukan dengan segera.

Implementasi dari penghematan itu adalah dengan membuat transportasi hemat energi di beberapa kota besar, dan transportasi ramah lingkungan, membangun teknologi bersih dan ramah lingkungan yang mampu mengelola limbah sendiri, serta penurunan emisi karbon yang ada di rumah tangga dengan melakukan tindakan-tindakan yang penulis telah utarakan di awal tulisan ini.

Nah, dengan adanya energi baru dan terbarukan ini kerusakan bumi dapat dihindari, karena sifat dari energi ini adalah ramah lingkungan. Dengan penggunaan energi alternatif ini sebenarnya kita telah dapat menghemat penggunaan energi lainnya seperti BBM, BBG, ataupun batu bara yang disinyalir energi itu dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan baik dari pengolahannya maupun pemanfaatannya. Dengan penggunaan energi alternatif tersebut, maka kerusakan lingkungan dapat diminimalisasi dan bumi dapat terselamatkan dari kerusakan.

0 komentar:

 
monggo ditingali . . . ©2008 Templates e Acessorios Por Elke di Barros